NGAWI – Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono membuka kegiatan silaturahmi da'i dan khatib dalam rangka penguatan Islam Wasathiyah untuk Indonesia damai yang diprakarsai oleh Dit Pencegahan Densus 88 Anti Teror Polri, diikuti oleh 100 peserta terdiri dari para Da’i dan Khatib yang berasal dari perwakilan 19 Kecamatan merupakan ormas Islam se-Kab. Ngawi di Gedung Kesenian. Sabtu,(27/08/2022)
Dit Pencegahan Densus 88 Anti Teror Polri bersinergi dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama , Instansi terkait, serta ormas islam untuk menumbuhkan Islam yang cinta damai. Kegiatan di Ngawi ini merupakan kegiatan yang ke 13 dan akan dilanjutkan ke wilayah dan provinsi yang lain.
Hadir pada kesempatan itu Kanit 1 Kontra Ideologi Dit Pencegahan Densus 88 Anti Teror Polri AKBP. Moh.Dofir, Forkompimda ,Kasi dan Penyelenggara Syariah Kankemenag Ngawi, tokoh Agama serta tokoh masyarakat dan sebagai narasumber Kakankemenag Ngawi Moh. Wahib, Ketua Umum Wasathiyah MUI KH Fauzan Al Amin, Eks Napiter JI Ustad Abu Fida. Pada kegiatan tersebut juga dibagikan buku materi Khutbah sepanjang masa.
Kanit 1 Kontra Ideologi Dit Pencegahan Densus 88 Anti Teror Polri AKBP. Moh.Dofir antara lain mengatakan bagi Dit Pencegahan Densus 88 Polri salah satu hal yang sangat mendasar dalam memerangi terorisme dan radikalisme adalah mengembangkan sikap teloransi dan menghilangkan eksklusivisme kelompok.
Lebih lanjut ia mengatakan strategi kontra radikalisme adalah masyarakat umum, pelajar, dan tokoh masyarakat dengan bertujuan menanamkan nilai keindonesian dan nilai kedamaian. Pencegahan inteloransi bisa dilakukan dengan pembinaan sikap teloransi penanaman nilai nilai luhur idiologi Pancasila dan budaya literasi.
“ Upaya pencegahan radikalisme secara mandiri dilakukan dengan menanamkan jiwa nasionalisme , berpikir terbuka dan teloransi, waspada terhadap informasi dan hasutan dalam komunitas perdamaian,” lanjutnya.
“ Kegiatan ini memang strategis karena da’i dan khatib yang terjun langsung ke masyarakat untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat, anak bangsa dimanapun berada untuk berani dengan tegas mencegah paham intoleransi dan radikalisme,” tegasnya.
“ Adapun tempat radikalisme dilakukan melalui media sosial, kajian-kajian, perkumpulan, rapat, perkawinan, buku dan tulisan , organisasi masyarakat, tempat Pendidikan. Seluruh elemen masyarakat harus memiliki tugas, tanggungjawab yang sama untuk membangun dengan ruang Wasathiyah, ruang teloransi , ruang saling menghargai, itu harus terus menerus kita lakukan bersama, “ terangnya.
“ Para Da’I dan Khatib memiliki peran sentral sebagai agen narasi agama yang moderat mempunyai otoritas dalam menasehati dan mengarahkan jamaah agar menghindari pemikiran dan perilaku yang menciderai persaudaraan beragama, maupun persaudaran kemanusian,” harapnya.
Acara dilanjutkan dengan paparan materi tentang moderasi beragama oleh Kakanmenag Ngawi Moh. Wahib dilanjutkan paparan Ketua Umum Wasathiyah MUI KH Fauzan Al Amin dan testimoni Eks Napiter JI Ustad Abu Fida.
Penulis Sakri